Tak Kasat Mata Bukan Berarti Tak Ada Luka
Aku pernah terluka. Kamu pernah terluka. Dia pernah terluka. Lalu, kau tahu sebenarnya apa itu luka? Apakah semua luka dapat dilihat oleh mata? Apakah semua yang terasa perih adalah luka? Entahlah kawan, aku 'pun masih mencari jawab pasti dari semua ini. Tentang luka yang entah mengapa dan bagaimana bisa terjadi, terutama luka yang ada di dalam hati.
Aku pernah terluka oleh dia, ya dia yang dulunya aku anggap pantas namun sekarang hilang, lenyap tak berbekas. Aku bahkan pernah sangat terluka hingga... ah~ aku tak sanggup mengungkapnya dengan kata, menggigil tanganku saat mengingatnya. Tentang luka yang tak bisa diucap kata, mungkin hanya bisa dibicarakan dengan DIA.
Orang yang terluka hatinya kerap kali tak bisa diam ketika berkumpul bersama. Semua terjadi karena ramai diluar sana tapi sepi di dalam hati. Ia mungkin sering menunjukan senyum, canda, dan tawa terhadap hal-hal kecil tak berguna, tapi sesungguhnya dibalik senyum palsu itu, ia menangis dengan kerasnya di dalam sana. Ramai di dalam sepi, namun sepi di dalam keramaian.
Bukan berarti setiap luka itu kasat mata, bukan berarti seorang yang terluka selalu berlinang air mata, terkadang seseorang lebih memilih berdiam panjang. Bukan karena mereka lemah, bukan karena mereka lari, tapi mereka sadar diri bahwa mengeluh tak bisa merubah suatu keadaan apapun untuk keadaan dan kondisi saat ini. Apalagi ketika kau sudah berusaha dengan sepenuh hati dan segala cara tapi tetap tak dihargai. Terutama tentang mengubah dan membuat mengerti hati seseorang yang telah lama mati. PERCUMA~
Apa yang aku rasakan dan apa yang aku alami tidak semua orang tahu dan mengerti, sebab itulah kalapun kamu tidak melihat luka bukan berarti tak ada sakit yang dirasa. Setidaknya cukup hargai apa yang aku alami. Cukuplah menunggu untuk aku mampu berdiri kembali. Bukan mencari jalan pintas penyelesaian dengan begitu cepatnya menghilang pergi. Itu adalah pelarian diri, perbuatan pengecut yang hina sekali. Kau hanya berlari karena kau sendiri tak mau terluka, hei pecundang cinta?
Aku tak butuh janji, aku tak butuh hal baik darimu kini, karena aku memang tak pernah membutuhkannya. Tak perlu kau ucap cinta, tak perlu kau ucap dusta penenang jiwa, kalau kau tak pernah mau mengerti rasaku ini pernah ada. Yang kuminta bahwa kau selalu ada ketika aku ingin bersama. Tapi kau dan fakta beri jawaban yang berbeda. Cukuplah sudah sakit yang kurasa karena pernah aku berharap penuh padamu bukan pada-Nya, sehingga membuat Ia cemburu lalu memisah kita. Semua mungkin salahku karena terlalu mengharap dan perasa.
Ada hal-hal yang tidak bisa kuceritakan pada mereka kecuali sang pencipta. Tentang perkara isi hati yang pernah merasa lara. Karena tidak semua yang aku rasa harus terucap kata, kadang kala akupun hanya ingin berbagi pada-Nya saja. Jadi kumohon jangan lagi kau paksa aku untuk cerita perasaan yang entah kini siapa pemiliknya. Akupun tak tahu siapa karena memang perasaan cinta ini tak bertuan yang menghadirkan rindu begitu saja. Semoga cepat Allah pertemukan aku dengan dia yang tak pandai sepertimu untuk merusak selalu harap, bukan lagi hanya untuk sekedar hinggap, tapi terus menetap hingga akhir hayat~
Orang yang terluka hatinya kerap kali tak bisa diam ketika berkumpul bersama. Semua terjadi karena ramai diluar sana tapi sepi di dalam hati. Ia mungkin sering menunjukan senyum, canda, dan tawa terhadap hal-hal kecil tak berguna, tapi sesungguhnya dibalik senyum palsu itu, ia menangis dengan kerasnya di dalam sana. Ramai di dalam sepi, namun sepi di dalam keramaian.
Bukan berarti setiap luka itu kasat mata, bukan berarti seorang yang terluka selalu berlinang air mata, terkadang seseorang lebih memilih berdiam panjang. Bukan karena mereka lemah, bukan karena mereka lari, tapi mereka sadar diri bahwa mengeluh tak bisa merubah suatu keadaan apapun untuk keadaan dan kondisi saat ini. Apalagi ketika kau sudah berusaha dengan sepenuh hati dan segala cara tapi tetap tak dihargai. Terutama tentang mengubah dan membuat mengerti hati seseorang yang telah lama mati. PERCUMA~