Pita Ungu, Hadiahku yang Kau Simpan Selalu.
Jum'at siang itu aku merasa begitu bosan, semua teman sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aku hanya diam terpaku pada layar komputerku. Membaca manga, browsing, dan memutar film tak mampu memuaskan penatku. Sedang batang-batang yang mengabu yang aku gengam ini 'pun tak bisa memuaskan rasa sepi ini sendiri. Kuputuskan untuk beranjak pergi ke kota seberang untuk mengganti suasana hati.
Kota x, berjarak sekitar 20km dari tempat dimana sekarang aku tinggal. Mungkin karena suasana yang terkesan lebih ramai dan rapi dibanding kota dimana aku tinggal. Tapi aneh, memang ada keseruan tersendiri setiap kali aku datang ke kota ini. Setidaknya taman kota disini mampu untuk sekedar menutup rasa penat dan bosanku. Selalu saja berhasil membuatku merasa bebas begitu.
(Cerita Bersambung) ... .
Ending
||
v
Kota x, berjarak sekitar 20km dari tempat dimana sekarang aku tinggal. Mungkin karena suasana yang terkesan lebih ramai dan rapi dibanding kota dimana aku tinggal. Tapi aneh, memang ada keseruan tersendiri setiap kali aku datang ke kota ini. Setidaknya taman kota disini mampu untuk sekedar menutup rasa penat dan bosanku. Selalu saja berhasil membuatku merasa bebas begitu.
(Cerita Bersambung) ... .
Ending
||
v
Lama aku berjalan pada rumah-rumah mini ini, melihat kesana-kemari, pada papan-papan nama yang tertera, tak jua namamu aku jumpa. Walau disana belum tertera sebuah nama, tapi sungguh aku dapat mengenalnya. Dan dari semua tempat sepi ini, akhirnya aku menemukanmu. Pada sudut gelap dibawah pohon rindang, sebuah batu nisan berhias pita gelap berwarna ungu, yang sangat aku kenali sedari dulu. Walau terlihat lusuh kumuh karena mungkin terkena hujan terik, tapi aku masih jelas mengenal pita itu.
Pita yang dulu selalu mengikat rambut panjang indahmu. Yang dulu kau minta sambil merengek manja padaku. Yang selalu engkau kenakan pada foto yang kau unggah pada sosial mediamu. Yang selalu kau tunjukkan padaku betapa berhaganya itu bagimu, kini menjadi penghias tempat istirahat terakhirmu.
Kita telah bertemu dalam kurun waktu tiga kali sebelum ini. Tapi tak pernah aku sangka pertemuan kita kali ini terjatuh pada situasi dan kondisi saat ini. Tak pernah aku menyangka bahwa temu akhir kita harus kembali berujung air mata bak ilusi hampa sunyi.
Pita yang dulu selalu mengikat rambut panjang indahmu. Yang dulu kau minta sambil merengek manja padaku. Yang selalu engkau kenakan pada foto yang kau unggah pada sosial mediamu. Yang selalu kau tunjukkan padaku betapa berhaganya itu bagimu, kini menjadi penghias tempat istirahat terakhirmu.
Kita telah bertemu dalam kurun waktu tiga kali sebelum ini. Tapi tak pernah aku sangka pertemuan kita kali ini terjatuh pada situasi dan kondisi saat ini. Tak pernah aku menyangka bahwa temu akhir kita harus kembali berujung air mata bak ilusi hampa sunyi.
Sayonara, Juliana Ivany~
Tada, aikawarazu kono basho de hanashite bokura ga iru.
Boku no kokoro wa zettai ni anata ga iru.
Zutto zutto zettai ni iru.
Kau yang dulu menggapkan keseriusan rasa ini sebagai canda, mungkin kini akan mengerti lewat tangis di depan rumah barumu, yang kini jatuh begitu saja. Mungkin kau tahu bahwa aku masih sulit untuk menerima kenyataan yang ada. Aku hanya mampu untuk mendo'akan ketenanganmu di alam sana, mengenang manis senyummu yang kini tinggal ingatan saja. Tapi itu tak mengapa, karena akhirnya kau terbebas dari lara dunia.
Tak ada lagi yang menghalangimu menari dengan jemarimu yang memetik dawai indah itu dengan abadi kini. Tak ada lagi yang menghalangi kecintaanmu pada pena dan fiksi cerita yang pernah mempertemukan kita disini. Do'aku padamu akan s'lalu menyertai. Semoga kita masih saling mengenali, disaat aku menyusulmu di tempat terakhir penantianmu nanti.
~Edit dari pengalaman pribadi dengan seorang teman wanita yang sekarang benar-benar telah pergi dari dunia ini. Masih potongan aja ya~ Nama dan tempat diubah karena menyangkut privasi. Kalo tembus sampe jadi favorit mungkin bakal saya tulis ulang dalam bentuk novel. Trims~ ... ^_^