Angin Malam di Yogyakarta Membawa Kembali Cerita
Dingin, ya malam ini terasa begitu dingin. Setelah siang turun hujan tiada henti, malam ini angin berhembus kencang pada cuaca terang yang berganti. Lalu begitu saja menyapu debu di sudut jalan yang aku lalui. Ah~ sialnya angin itu mengingatku tentang kamu, ya kamu yang pernah datang dengan hebatnya kini lenyap begitu saja. Persis seperti angin yang kutemui malam ini, dahsyat menggerakan kakiku untuk melangkah di tempat baru. Hey tahukah kamu dimana aku sekarang berada? Kalau kau masih ingat, aku ada di kota yang terakhir kalil kau minta kita pergi bersama namun tak terlaksana.
Di satu jalan gelap kota Yogyakarta, aku berjalan dengan sepedaku sendirian menghabiskan waktu malam. Jenuh. Saking jenuhnya aku tak tahu lagi harus menuju kemana hingga tiba aku di persimpangan kaliurang. Lalu tanpa sengaja, aku melihat sosok yang dulu pernah singgah di hati sementara. Ah~ dia sudah memiliki pria ternyata, pikirku dalam hati. Ya tak mengapa, memang sudah sepantasnya karena kami sudah lama berpisah. Dia juga melihatku, masih dengan tatapan yang sama sebelum kita pisah dulu. Ada apa dengan tatapan itu? Entahah mungkin waktu yang akan menjawab semua tanya. Ntah nanti atau lusa di saat sudah tepat waktu.
Kucari lagi dan kulihat kembali sosial medianya yang sudah lama tak aku jumpa. Bagaimana bisa aku melihat gadis lain jika saat itu aku juga memiliki wanita sepertimu yang kucinta? Begitulah aku, lekaki bodoh yang hanya bisa melihat satu wanita di satu waktu saja. Oh~ ternyata belum lama ia bersama dengan pria itu pikirku dalam hatiku. Baru saja setahun berlalu. Tapi tetap saja, itu waktu yang lebih lama dibanding denganku dulu.
Kembali aku melanjutkan jalan-jalan malam bersama sepeda yang sudah hampir sembilan tahun lamanya bersama. Saking setianya ia adalah saksi pertumbuhanku sedari remaja hingga kini dewasa. Kali ini aku berhenti di persimpangan dekat kampus Sanata Dharma. Lagi, aku melihat wanita lain yang dulu pernah singgah walau cuma sementara. Kali ini ia hanya sendiri tapi tetap tatap matanya berbeda dari yang dulu pernah kutahu. Aku kembali ber-kepo dengan sosial medianya, mencari tahu tentang dia yang lain yang juga ternyata sama, sudah memiliki pria. Lagi? Ada apa dengan situasi aneh malam ini?
Malam ini sungguh lucu, aku berjumpa dengan dua orang dari masa lalu yang dulu kupikir akan bersama selalu tapi perlahan selalu saja dipisah jarak oleh waktu. Tawa kecil berselit dihatiku, bajingan macam apa aku yang punya banyak wanita di masa lalunya? Apalagi selang waktu berpindah hati itu tak pernah butuh waktu yang lama. Mungkin itu jua yang menjadikan kesendirianku kini menjadi renungan yang berarti, tentang karma dan kedewasaan hidup yang harus kulalui. Terima kasihku untukmu sekalian masa laluku.
Kuakhiri perjalanan malamku sendirian malam itu menelusuri daerah malioboro mengenang masa magang yang indah bersama teman kuliah satu kontrakan, lalu berlalu menuju condong catur dimana dulu aku biasa menghambiskan waktu nongkrongku di salah satu kafe daerah itu. Ah~ ternyata sudah tidak ada, sama seperti rasa dalam jiwa yang kini mungkin sirna. Dan berakhir pada daerah kampus ungu tempat aku menginap pada teman lamaku.
Angin malam Yoygakarta telah membawa kembali cerita, tentang masa indah yang sudah melewati senjanya, kini tertutup rapi menjadi kenangan sahaja. Sungguh perjalanan malam sendiri yang cukup indah dan berarti. Membawa kembali semangat tentang cita dan cinta yang dulu pernah mati untuk hidup lagi. Entah untuk bertemu dengan mereka yang dulu ataupun orang yang baru. Untuk sekali lagi percaya pada cinta yang akan membawa diri pada bahagia setelah sekian lama terbungkus dalam ruang gelap hampa.
Kucari lagi dan kulihat kembali sosial medianya yang sudah lama tak aku jumpa. Bagaimana bisa aku melihat gadis lain jika saat itu aku juga memiliki wanita sepertimu yang kucinta? Begitulah aku, lekaki bodoh yang hanya bisa melihat satu wanita di satu waktu saja. Oh~ ternyata belum lama ia bersama dengan pria itu pikirku dalam hatiku. Baru saja setahun berlalu. Tapi tetap saja, itu waktu yang lebih lama dibanding denganku dulu.
Kembali aku melanjutkan jalan-jalan malam bersama sepeda yang sudah hampir sembilan tahun lamanya bersama. Saking setianya ia adalah saksi pertumbuhanku sedari remaja hingga kini dewasa. Kali ini aku berhenti di persimpangan dekat kampus Sanata Dharma. Lagi, aku melihat wanita lain yang dulu pernah singgah walau cuma sementara. Kali ini ia hanya sendiri tapi tetap tatap matanya berbeda dari yang dulu pernah kutahu. Aku kembali ber-kepo dengan sosial medianya, mencari tahu tentang dia yang lain yang juga ternyata sama, sudah memiliki pria. Lagi? Ada apa dengan situasi aneh malam ini?
Malam ini sungguh lucu, aku berjumpa dengan dua orang dari masa lalu yang dulu kupikir akan bersama selalu tapi perlahan selalu saja dipisah jarak oleh waktu. Tawa kecil berselit dihatiku, bajingan macam apa aku yang punya banyak wanita di masa lalunya? Apalagi selang waktu berpindah hati itu tak pernah butuh waktu yang lama. Mungkin itu jua yang menjadikan kesendirianku kini menjadi renungan yang berarti, tentang karma dan kedewasaan hidup yang harus kulalui. Terima kasihku untukmu sekalian masa laluku.
Kuakhiri perjalanan malamku sendirian malam itu menelusuri daerah malioboro mengenang masa magang yang indah bersama teman kuliah satu kontrakan, lalu berlalu menuju condong catur dimana dulu aku biasa menghambiskan waktu nongkrongku di salah satu kafe daerah itu. Ah~ ternyata sudah tidak ada, sama seperti rasa dalam jiwa yang kini mungkin sirna. Dan berakhir pada daerah kampus ungu tempat aku menginap pada teman lamaku.
Angin malam Yoygakarta telah membawa kembali cerita, tentang masa indah yang sudah melewati senjanya, kini tertutup rapi menjadi kenangan sahaja. Sungguh perjalanan malam sendiri yang cukup indah dan berarti. Membawa kembali semangat tentang cita dan cinta yang dulu pernah mati untuk hidup lagi. Entah untuk bertemu dengan mereka yang dulu ataupun orang yang baru. Untuk sekali lagi percaya pada cinta yang akan membawa diri pada bahagia setelah sekian lama terbungkus dalam ruang gelap hampa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar