Selasa, 20 September 2016

Kopi Hitam

Filosofi Cinta si Kopi Hitam


Kau tahu apa itu minuman kopi? Pernah engkau menikmati kopi? Bagaimana rasanya? Apakah kau mengerti kenikmatan dari secangkir kopi? Pernah engkau menangis karena ingatan secangkir kopi nikmat yang kau habiskan? Bagaimana dengan filosofinya? Sehitam kopi segelap perasaan, ada rasa manis sebelum pahit terasakan. Beberapa cangkir kopi dalam sehari mungkin sering aku habiskan, dan rasanya tetaplah sama. Manis diawal, lalu pahit dipenghabisan. Seperti sebuah kisah seseorang yang dibuat jatuh cinta lalu ditinggal begitu saja.

Pecinta kopi tahu pasti bahwa ada nikmat dari pahit yang bisa diresapi. Bak hati yang tidak bisa selalu berbicara jujur dengan nurani, seperti rasa kopi yang terkadang manis seperti jatuh cinta, sehangat temu rindu, sepanas rasa cemburu, dan sepahit jalan perpisahan kita. Dan mereka tahu pasti dari aroma yang khas dan  rasanya yang tegas, sebuah cerita luka terdalam berawal dari dia yang kau rasa pantas namun kemudian pergi tak berbekas. Hanya bersisa kenangan rasa yang tak terbalas. Seperti rasa pahitnya kopi malam ini, takkan lebih pahit lagi dari hati yang mencintai dengan pasti namun gagal untuk bertahan memiliki.

Tapi kau tahu? Kau sudah bagaikan kafein dalam kopiku. Cinta dan hadirmu sudah menjadi candu, yang mampu membuatku gila jika terlalu lama kita tak temu. Meski aku tahu keberadaanmu tak baik bagi kesehatanku, karena sesungguhnya secara perlahan itu merusakku, tapi apalah dayaku? Tanpa hadirmu akan terasa beda nikmat dalam secangkir kopi dan perasan cinta pada setiap hariku. Itulah salah satu alasanku dengan mudah berucap I love You padamu meski kau beri lara selalu.


Malam ini sengaja kusediakan dua cangkir kopi diatas meja. Satu untuk mataku yang masih ingin terjaga, lalu satu untuk mengenangimu yang kini telah tiada. Dan kau tahu kenapa akhir ini mataku susah tidur berkepanjangan? Bukan karena kopi yang selalu kuteguk di waktu malam, melainkan karena terlalu banyak rindu yang menolak untuk dipejamkan. Hal itu yang membuat rasa kopiku menjadi lebih pahit dari biasanya, seperti kita yang pura-pura tidak saling cinta karena sudah terlalu sering dibuat kecewa.

Ada kalanya kita rindu akan hadirnya rasa. Hal itu terjadi karena suatu hal yang biasa kini telah jadi berbeda. Tapi jika datang rindu dan tak tahu apa yang harus dituju, dengan batang-batang yang mengabu, justru membawa aku semakin dalam jauh memikirkanmu. Sejak itu aku putuskan tak lagi sediakan kopi dengan gula. Karena aku jadi kian tak tertarik dengan pemanis untuk sesuatu yang ditakdirkan pahit. Karena seringkali jalinan kasih sayang yang kusajikan bersama pemanis buatan selalu kau pahitkan, hingga sampai saat dimana kau jadikan semua ini kenangan. Ya, seperti rasa kepergian yang mengepul bersama aroma kopi malam ini, hangat dipermukaan, getir diperasaan.


Paginya kembali aku terjaga dengan mata dan hati yang sama. Masih aku tak bisa beranjak pergi. Karena itu aku seduh kembali secangkir kopi sembari melihatmu bermain hati. Kau tahu? Rasanya kali ini manis, seperti aku yang sabar menunggu kepastian cinta selanjutnya yang manis darimu. Tapi lama-kelamaan menjadi dingin, seperti dua hati yang menunggu cinta namun tak kunjung tiba. Lalu hambar, seperti hati yang yang tulus mencintai dan menunggu namun diabaikan begitu saja. Selanjutnya terasakan pahit dalam cangkir ini, seperti dua orang yang terlambat dipertemukan lalu perlahan saling melupakan karena sakitnya pengkhianatan.

Tentang cinta dan hati, terlalu singkat bila kita bahas ceritakan disini. Bagaimana kalau kita bicarakan sambil ngopi-ngopi? Becanda. Yah begitulah kepergian cinta, memang menginggalkan luka rasa yang lama nyata. Tapi kau harus tetap mampu terus berdiri, dan awalilah harimu dengan menyeduh secangkir kopi. Karena kau tahu hal itu jauh lebih berarti, daripada hadirnya kini, yang tak lebih dari hanyalah sebuah ilusi. Jangan kau tumpahkan semua rasa sia-sia, karena hati seperti cangkir kopi, lalu cinta adalah air kopinya. Kadar cintamu yang begitu banyak tak akan layak dan muat untuk mereka yang berhati terlalu sempit.

Jika kau sudah muak dibuat kecewa saat jatuh cinta, itu tak mengapa. Coba atur waktumu, kita nikmati kopi berdua, saling bertukar canda dan tawa denganku, lalu kita membangun cinta.
Santailah bila kali ini kau belum ada waktu mengopi denganku. Sama seperti kesempatan untuk dicinta, masih banyak kesempatan lain kita ngopi bersama di lain waktu. Entah hanya berdua bersamaku atau bersama beberapa orang baru yang nanti kita ajak dan temu. Begitupun dengan cinta, masih bisa kembali dengan orang yang sama atau bertemu dengan orang yang baru.

~

Thanks to inisial_y at IG : @khoekcuih yang dari kutipan-kutipan beliau saya bisa terinspirasi menuliskan arsip ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar