Di satu malam saat turun hujan, angin dingin rindu menerpa halus pada ragaku menembus hingga kalbu. Mengingatku akan sosokmu yang dulu selalu menghangatkan malamku, lewat canda tawa obrolan ringan denganmu. Dingin malam menjadi temanku saat itu, yang bahkan secangkir kopi tak mampu menahan rasaku. Rindu, aku rindu akan dirimu, aku rindu berbincang denganmu, dan aku sangat rindu bermanja denganmu. Rindu semua tentang kamu, tentang apa kita bersama dulu.
Ah~ tapi aku sadar semua itu hanya rasa egois kesepian yang telah menjajah jauh ke dalam hatiku, terbawa suasana sepi nan haru. Karena memang hujan selalu membawa kembali ingatan sedih yang telah lalu, membawa kembali ingatan tentang apa yang telah pergi dariku, membawa pergi hal yang baiku bagiku, membawa kenangan tentang kamu, tentang apa yang telah kita lewati, tentang apa yang telah kita saling beri, tentang dulu lagi, lagi, dan lagi.
Seperti senja yang tak pernah pamit kepada siang ketika malam menjelang, seperti bunga yang tak pernah pamit kepada daun ketika ia harus mekar, seperti ombak menerjang karang yang tak pernah pamit kepada lautan ketika harus terjadi pasang, seperti itu saja, tiba-tiba datang, tiba-tiba hilang, tapi selalu ada. Lalu diam-diam, dalam tiba-tiba yang entah disengaja atau tidak, semua menjadi terasa menyenangkan, sehingga waktu terasa tak pernah ada dalam huruf-huruf atau kata-kata yang kupilih ketika terjadi dialog dalam gambaran-gambaran kenangan bisu itu, tentang merindu.
Teramat banyak makna, teramat singkat cerita, hingga teramat banyak cinta yang dulu kita siram bersama sampai kini layu di taman bunga itu ketika terjadi kisah pisah dulu. Sayang, kadang datang hujan rindu yang menghidupi kembali tanah kering yang seharusnya sudah mati, memberi arti kembali pada sesuatu yang seharusnya telah pergi, tak mungkin akan kembali lagi. Namun anehnya tak lagi membawa lara hati, tak lagi membawa harapan pada mimpi kita lagi, tak membawa rasa itu kembali seperti dulu lagi. Hanya rindu tentang hal yang ingin dirindu bukan tentang dirinya dan mu, sekali lagi hanya tentang merindu.
Teruntukmu gadis yang dulu bertemu denganku enam tahun yang lalu, pernahkah engkau tahu bahwa pernah ada disaat lelapmu, kupandang indah wajahmu seraya aku berdo'a pada Rab-ku, agar aku selalu melihat senyuman terpasang diwajahmu, tak terlepas lagi, dan hanya sedikit kulihat air mata terjatuh pada pipimu, tak lagi terjatuh karena bodoh dan salahku. Adakah laki-laki lain yang tulus selain aku dan ayahmu yang memintakan hal itu? Tak ikhlas rasanya menyerahkanmu pada laki-laki lain yang kau cintai tapi tak mencintaimu melebihiku.
Tentang rinduku padamu yang tak lagi mampu bersatu, aku telah beranjak melangkah melupakanmu. Bukan karena rasaku yang dulu padam untukmu, bukan karena aku telah mendapat sosok penggantimu, dan bukan karena menyerah akan takdir berpisah denganmu. Itu semua karena aku tahu kau tak lagi berharap padaku, tak lagi ingin aku berada dalam masa depanmu, dan tak ingin lagi menatap masa depan bermasa denganku. Melangkah pergi adalah yang terbaik saat ini, esok dan seterusnya. Untukmu masa laluku yang pernah bermekar dan kini layu, tetaplah tenang disana, di dalam ingatanku. Semoga bahagia menjemputmu~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar